Mengucap Syukur tiada henti merupakan kesuksesan tersendiri

Sunday, May 15, 2016

Ngidung Bengawan Solo buat MU (riwayatmu ini)

Liga Inggris (EPL) musim 2015/2016  akan segera berakhir. Leceister city berhasil menjadi kampiun pada liga yang digadang-gadang menjadi salah satu liga sepak bola terbaik di jagat ini.

Keberhasilan Leceister city meraih juara tak lepas dari kejeniusan Claudio Ranieri dalam meracik sebuah tim yang solid, kompak dan penuh semangat. 

 Namun, ada beberapa faktor yang juga ikut memberikan jalan bagi Leceister city untuk meraih juara EPL musim 2015/2016.

Arsenal yang awal musim dijagokan mampu menjadi juara ternyata masih juga menunjukkan pola yang sama dengan musim-musim sebelum, yaitu tidak konsisten.

Chelsea sebagai juara bertahan juga mengalami hal yang serupa dengan Arsenal. Akibatnya the special one (mourinho) harus di pecat oleh managemen chelsea. Masuknya meneer Belanda, Guus Hiddink memang belum bisa memberikan hasil yang signifikan terhadap kesuksesan tim dengan julukan the blues tersebut.

Manchester City juga mengalami masalah yang hampir sama dengan tim-tim the big four lainnya, Salah satu penyebab kegagalan the Citizens adalah soal gonjang-ganjing pergantian pelatih antara Pelegrini kepada Pep Guardiola. Hal ini setidaknya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pemain dalam kompetisi musim ini.

Lalu bagaimana dengan The red devils, Manchester United dibawah kepemimpinan Van Gaal? 
Di bawah kepemimpinan Van Gaal, Manchester United, tim langganan juara EPL ini berubah menjadi sebuah tim yang tidak "angker" lagi. Manchester United yang terkenal dengan semangat pantang menyerahnya berubah menjadi tim yang "manja". Bahkan untuk berkompetisi di liga champion saja, nasib MU masih harus ditentukan oleh kalah/menangnya tim yang lain. Ironis.

Era kepelatihan, Sir Alex ferguson, MU sangat kental dengan pola sepak bola menyerang dengan menggunakan kecepatan akselerasi serta umpan-umpan yang akurat para pemainnya. Determisasi yang kuat dari para pemain MU mampu menghadirkan/menampilkan tontonan sepak bola yang cepat dan enak untuk ditonton. Namun sayangnya hal itu sudah dapat diketemukan pada permainan MU. Pola permainan MU berubah dengan lebih mengutamakan ball Possesion walaupun itu juga tidak memberikan hasil yang baik/menggembirakan bahkan cenderung menjadi membosankan untuk ditonton. 
Perubahan pola permainan yang membosankan untuk ditonton bahkan sempat menjadi bahan cemoohan oleh satu satu netizen. Hal tersebut terjadi ketika Lionel Messi menciptakan gol unik melalui kotak pinalti.



MU membutuhkan pemain tengah yang lebih kreatif, mampu mengatur tempo/keseimbangan permainan, memberikan umpan-umpan yang akurat,  dan mampu mencetak gol. Nama-nama seperti Carrick, Fellaini, Schweinsteiger, Schneiderlin dan Hererra terpaksa harus berulang kali menjadi kelinci percobaan untuk menentukan siapa yang pantas dan layak untuk menjadi jenderal di lapangan tengah.

Hingga saat ini, jersey dengan nomor punggung 11 dan 7 masih belum juga menemukan "tuan" yang tepat bagi Manchester United. Memphis dan Januzaj selaku pemilik jersey nomor 7 dan 11 belum mampu menampilkan performa yang apik dan konsisten. Bahkan kedua pemain tersebut malah menunjukkan trend yang menurun. Hal ini bisa dilihat beberapa kali mereka diturunkan kelasnya dengan bermain bersama yunior-yuniornya.

Rumors masuknya Maurinho  menggantikan Van Gaal memang belum berhenti hingga saat ini. Tampuk kepelatihan MU masih menjadi teka-teki yang belum terungkap. Entah, apakah hal ini berkaca dari saudara sekotanya the Citizens yang lebih vulgar dalam mengungkap pergantian pelatihnya atau memang managemen MU masih mempertimbangkan Van Gaal untuk bertahan di kursi panas tersebut.
Salah satu keberhasilan Van Gaal pada musim ini adalah berani memainkan para pemain muda seperti, Martial, Rashford, Fosu mensah, dan Jesse lingard.

Akankah pelatih MU akan menemukan pemain yang "berjodoh" untuk mengenakan jersey dengan nomor punggung 7 dan 11? dan siapakah yang akan mampu menjadi Jenderal lapangan tengah bagi MU?

No comments: